Minggu, 19 Mei 2013

Secangkir Rindu yang Getir

Teruntuk wanita yang tak merinduku

Halo, apa kabar?

Aku harap kamu baik-baik saja dan selalu bahagia. Bagaimana keadaanmu sekarang? Lebih baik? Aku mengharapkan apa-apa yang terbaik untukmu.

Ada yang bilang, jatuh cinta itu seperti menebak langit. Kau tak tahu warna apa yang akan muncul satu jam kemudian. Mungkin cerah, mungkin juga hujan. Namun sayangnya, aku terlalu jatuh. Seperti jatuh dari eksosfer ke tanah, jatuh dari dataran tinggi Tibet ke dataran terendah di bumi, laut mati.

Sakit.

Teruntuk wanita yang tak merinduku.

Tahukah kamu bagaimana rasanya? Rasanya jatuh cinta pada orang yang bahkan tak pernah merindumu, pada orang yang bahkan tak tahu hadirmu, pada orang yang bahkan tak tahu ada lelaki yang sedang merindukan semua tentang dirimu? Sebut saja lelaki itu, aku.

Teruntuk wanita yang tak merinduku.

Aku menunggu. Aku menunggu kamu untuk menyapaku terlebih dahulu. Aku menunggu kamu yang menggenggam erat jemariku. Aku menunggu kamu yang menatap kedua bola mataku. Aku menunggu kamu yang tersenyum hanya untukku. Aku menunggu kamu..namun ada yang lain yang sedang kamu tunggu, dan itu bukan aku.

Teruntuk wanita yang tak merinduku.

Kamu paling tak tahan dengan menunggu. Kamu bahkan pernah memarahiku karena telat 8 menit hanya untuk membukakan pintu.

Lain halnya dengan sekarang. Mungkin, menunggu berapa lama pun kamu sanggup jika untuk lelaki yang kamu sayang. Sedangkan aku? entahlah..

ditunggu delivery mogu-mogunya,, 


Teruntuk lelaki yang sangat besar sok taunya.

Kamu adaah lelaki yang paling sok tau yang pernah aku temui. Siapa bilang aku tidak merindumu? Apa dengan terus mengingat tempat biasa kita bertemu, mengingat tempat biasa kita duduk bersama, meniti jejak yang sama pada saat kita mengukur langkah dari terminal sampai rumah, mengingat terus tanggal kita bersatu bahkan tanggal kita berpisah, dan seketika mati ditikam rindu pada saat ku dengarkan playlist yang sama pasa saat kita masih bersama itu bukan rindu namanya?
 

Teruntuk lelaki yang sangat besar sok taunya.
 

Kamu sakit, aku tau jelas itu. dan tanpa aku sadari kesakitanmu juga kurasakan belakangan ini. 
Sekarang aku merasakan bagaimana rasanya merindu tanpa dibalas, bagaimana rasanya antusias di balas dengan kedataran, bagaimana rasanya kesepian, bagaimana rasanya bingung harus mengatakan apa dan pada siapa. Kehilangan ini mengajarkan aku banyak hal, terutama belajar merasakan apa yang kamu rasakan.
 

Teruntuk lelaki yang sangat besar sok taunya.
 

Aku ingin menghampirimu, tapi aku takut. takut berbuat kesalahan yang sama lagi seperti dulu. Kamu terlalu sakit. dan aku benar-benar menyesali semua itu.
Maafkan aku wahai lelaki yang sangat besar sok taunya.
Tapi satu hal yang perlu ku tekankan disini.
Kamu tidak sendirian, aku pun merindukanmu. sangat. Mungkin lebih besar dari rindu milikmu.
 

Ditunggu juga traktiran mogu-mogunya.. 

Kepadamu, aku menyimpan cemburu dalam harapan yang tertumpuk oleh sesak dipenuhi ragu.

Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka. Dan, kebersamaan cuma memperbanyak ruang tertutup.

Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanmu dan jalanku. Meski, diam-diam, aku masih saja menatapmu dengan cinta yang malu-malu.

Aku dan kamu, seperti hujan dan teduh. Pernahkah kau mendengar kisah mereka? Hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan. Seperti itulah cinta kita. Seperti menebak langit abu-abu.

Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan….

— hujan dan teduh


Kepadamu, aku pun masih sering memetikkan dawai kekeheningan ketika malam mulai menerkamku sadis dari belakang.
 

Aku mengetahui hakikatnya memang selau ada sisi yang tidak bisa dideteksi oleh jangkauan nurani.
 

Kita sama-sama berjalan, mungkin dalam satu fokus dan tujuan yang sama, tapi layaknya hulu sungai semakin jauh maka semakin besar tepian dan semakin banyak pula anak sungai disana. tenang, sebanyak apapun anak sungai yang membelah, semua aliran itu tetap terfokus pada satu ; laut.
 

Masihkah wajar sekarang membahas tantang cinta diantara kita?
jangan membuat ku kelu, karna sekarang makna cinta dalam diriku kian lama kian memudar. kian lama kian berpendar.


Mungkin benar malaikat itu tak bersayap,
mereka terbang karena ringan

Dan aku tak perlu memohon padamu untuk memperbaiki sayapku yang telah kau patahkan
karena aku hanya perlu ringan untuk kembali terangkat, melayang, dan terbang


Sayapmu memang pernah kupatahkan, aku mengakui itu. Tapi aku rasa sekarang kau sudah membuang sayapmu yang rusak dan sudah kau ganti dgn sayap yang baru. Selamat. terbang. Ketempat yang jauh lebih tinggi. Melebihi pencapaian sayapmu yang dulu. selamat. terbang. terbang.


Yang menyakitkan adalah ketika kamu merampas pena, sehingga tak bisa lagi ku tulis cerita tentang kita, pun rasa sudah kau tamatkan lebih dulu
— Tanpa awal, tanpa akhiran


Buat apa lagi menulis tentang kita, jika nyatanya ada cerita baru yang mungkin menurutmu lebih seru. Jika memang pena itu kurebut, bukannya dapat dengan mudah kau pakai pena yg lain untk menuliskan kisah yg lain.

Kamu cemburu?


Masih perlu ditanyakan?

Ya ku tak berhak menanyakannya pun gak berhak untuk mengetahui jawabannya..

Jangan mempertnyakan pertanyaan yg udah jelas kamu tau jawabannya!





Read more...
separador