Sabtu, 01 Juni 2013

Wahai, Aku cemburu!

Selamat malam sayang,
Aku merindumu. Sebentar, tapi sungguh itu adalah kata-kata yang pertama kali muncul dalam dimensi pikirku. Kamu ingat tidak? Di senja yang sangat menegangkan itu, kita pernah sama-sama mendeteksi detakan jantung kita masing-masing, menghitung helaan nafas kita masing-masing bahkan mengontrol kedipan mata kita masing-masing. Aku dan kamu secara bersamaan menundukan kepala dan menanti ucapan ayahmu sampai pada titik pemberhentiaanya. Setalah kalimat ayahmu sampai pada ujungnya kamu yang masih tertunduk merasakan guncangan pelan namun pasti tudung yang kita kenakan bersama. Aku memandang yakin kearah ayahmu dan sempurnalah terucap kata-kata sakral yang pertama kali dialamatkan hanya untukmu. SAH! Ketika gemaan kata itu memenuhi ruangan maka sempurnalah jatuh tanggung jawabmu di atas pundakku.

Jelitaku,
Masih sangat harum ingatanku pada saat dimana pertama kali kita bertemu. melihat senyum yang selalu menghiasi wajahmu kala anak-anak bocah bermain kejar-kejaran dan berusaha bersembunyi dibalik badanmu, kau merunduk menyamakan tinggi dengan bocah itu dan menyentuh pipi mereka. kau tau? jilbab diwajahmu kulihat seketika melembut sayang. Pemandangan itu membuat senyumku otomatis mengembang. aku yang sejak awal tidak terlalu yakin dengan apa yang ku rasa dan hanya berani memasukannya dalam domain kekaguman. Ya, hampir 3 bulan aku memperhatikanmu dari kejauhan, sungguh awalnya aku merasa tidak sepadan dengan bidadari sepertimu. "Bagaikan punuk merindukan bulan".

Setelah aku tau ternyata kau adalah salah satu mahasiswi FIB tingkat akhir yang kuliah di daerah Yogyakarta. Pantas aku jarang melihatmu disekitaran rumah. Sesekali kamu datang ke acara remaja masjid yang didalamnya akupun ikut ambil peran. Beberapa kali kita sempat sahut menyahut pendapat, lengkap melengkapi ide dan sungguh saat itu aku bangga akan kecerdasanmu dalam berbicara dan menyusun kalimat. Kau pintar membuat orang lain kagum, sungguh. Sayang. Aku hanyalah seorang laki-laki muda biasa sekitaran rumah. Sedang kamu? Bak puteri bangsawan dari negri seribu castel. derajat kita berbeda tuan puteri.

Kamu ingat sayang, saat dimana kita berpapasan jalan? Membicarakan banyak hal dan menceritakan serentetan mimpi kita masing-masing? Banyak tawa pecah, senyum kita berserakan dimana-mana, candaan kecil kita obral bahkan pertanyaan serius yang kadang aku dan kamu lemparkan. Sampai pada satu titik crucial aku memberanikan diri untuk melontarkan pertanyaan ini "De... Kapan terget menikah?" senja yang tadinya ramai seolah meredam dan hanya ada suara langkah kaki kita. kamu menganggkat wajahmu dan melemparkan senyuman manis itu "Aku gak punya terget pasti mas, kalau memang sudah ada seorang lelaki yang datang ke ayah dan ayah merestui ya monggo.. Insya Allah saya sami'na waa ato'na sama semua yang di ucapkan ayah". Aku merekam semua kata-katamu senja itu sayang, dan sungguh banyak pemikiran orang-orang yang salah memandang kamu dan keluagamu. Kesederhanaan menjadi identitasmu, mau bagaimanapun kondisi keluagamu saat itu ataupun nanti.

Tidak ada yang berubah semenjak percakapan itu, kau kembali ke kota dan ladang jihadmu, dan aku tetap mengumpulkan sedikit demi sedikit keberanian untuk mendatangi ayahmu. Bak rakyat jelata yang ingin menghadap raja. Kuketuk istana tempat kamu dibesarkan dan terbukalah pintu awal itu. Ya, terbukalah pinti awal itu dengan sangat lancar tanpa ada hambatan. Maka benarlah janji Allah bahwa Dia akan memudahkan semua niatan baik. Lagi-lagi sayang, bayak orang diluar sana yang tidak mengenal keluargamu dengan baik tapi dengan PD-nya mengumbar hal hal yang berlebihan. Kata siapa ayahmu adalah sosok yang menakutkan? Tidak, dia humoris. Sungguh. Kata siapa ayahmu adalah sosok yang menilai seseorang dari materi yang dipunya? Tidak, dia menilai seseorang dari otak. Sungguh.

Aku dan kamu menjalani masa taaruf selama 2 bulan dengan dibumbui perhatian yang alakadarnya dan tidak berlebihan. Semata hanya untuk membuat satu sama lain semakin yakin dan menaburkan benih benih cinta yang akan berkembang jika memang sudah waktunya. tidak diumbar seperti kebanyakan orang, saling mengucapkan "Aku cinta" lewat perantara Sang Maha Cinta. Saling melabuhkan pengharapan lewat Sang Pengumpul harap berupa Do'a. saling menyemangati untuk menyelesaikan tugas akhir kita sama-sama, dan ah sudah. Sungguh itu sudah sangat cukup sayang.

Sekarang istana kecil kita sudah dihiasi oleh suara tangisan sang pangeran kecil yang gagah biarpun masih dalam gendongan, dia mengambil seluruh tatapan hangat kepunyaan kamu sayang. Aku harus berusaha keras membuat senyuman pengeran itu mengembang, karna dia sempurna mengambil sifat suka ngambek kepunyaan aku. iyah, sekarang aku jadi tahu bagaimana rasanya disiram ambekan subuh subuh buta.

Sayang ketika aku mengetik semua huruf ini pangeran kita sudah terlelap dalam dekapan selimut kesayangan kamu, dan aku akupun sudah terhanyut dalam dekapan rindu yang selalu beralamatkan hanya untukmu. Kamu tahu sayang? Kamu adalah perempuan yang sangat kuat dalam segala jihad yang sedang kamu hadapi. Aku pernah begitu tertariknya pada saat kamu memanggil namaku cepat hanya untuk mengatakan "Mas... tadi aku habis baca artikel, di dalam artikel itu dikatakan bahwa sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita sholihah dan wanita sholihah lebih baik dari bidadari-bidadari di syurga. Mas, wanita sholihah bisa membuat bidadari-bidadari syurga cemburu mas. Hhm aku bisa gak ya jadi salah satu yang membuat bidadari syurga cemburu?"

Malam itu, 3 bulan yang lalu tepat pada tanggal kesukaanmu 23, kamu sempurna membuat seluruh bidadari syurga cemburu karna ribuat malaikat menyambutmu dengan bagitu hangat. Suara tangisan pangeran kita pecah bersamaan dengan bisikan lirih kalimat dua syahadat yang berusaha kau ucapkan. Saat itulah aku bagaikan dipukul dari berbagai arah. Sedih luar biasa karna harus kehilangan sosok lembutmu tapi dalam detik yang sama aku bersyukur karna telah resmi menjadi ayah dari anak laki-laki yang sempurna tanpa cacat sedikitpun.

3 jam sebelum kejadian mengharukan sekaligus menggembirakan itu kamu sudah terbaring diatas ranjangmu, menanti detik-detik menegangkan dan penyempurnaan sebagai seorang wanita. aku? Cemas luar biasa! Tapi kamu masih saja memasang sneyuman lembut itu malah sesekali meledekiku "mas, jangan tegang! muka tegang kamu jelek, bikin aku mau ketawa. Ganti aah mukanya!". Malah sempat-sempatnya kamu mengucapkan kalimat yang membuat keteganganku semakin berkurang sekaligus bertambah karna menebak maksud dari ucapanmu. "Mas... kamu ingat saat dimana pertama kalinya aku mengucapkan keinginanku? Aku ingin membuat bidadari syurga cemburu mas. tapi aku masih merasa kurang sholihah, aku masih sering ketiduran sholat tahajud, kadang juga mas duluan yang bangun tidur dibanding aku. Aku minta maaf mas, kalau selama ini belum bisa menjadi isteri sholihah sesuai dengan keinginan mas. Aku hanya ingin mas ridho dengan semua yang aku perbuat, itu sudah sangat lebih dari cukup. sungguh.."

Detik saat dimana kamu mengalami pendarahat dahsyat disela konsentrasi penuhmu dalam mengerahkan seluruh tenaga masih sempat sempatnya kamu mengucapkan dengan nada yang sedikit bisa kudengar "Mas.. Apakah mas ridho dengan aku?" Sungguh bukannya ingin tidak mengiraukan ucapanmu kala itu jelitaku, hanya saja aku melihat jilbab diwajahmu benar-benar melembut. Dengan sisa sisa udaha yang kamu punya akhirnya aku memberanikan diri utuk berbisik ditelingamu "De... Mas ridho atasmu, sungguh mas ridho" setelah kalimatku ditangkap oleh gendang telingamu, kamu makin menyimpulkan indah sebuah senyuman untukku dan pangeran kecil kita memacah keharuan dengan buncahan tangisannya. kamu meninggalkan aku dan pangeran kecil kita dengan hiasan senyum dalam wajah.

Sungguh sayangku, malam itu kamu sempurna membuat bidadari syurga cemburu dan membuat mereka kalang kabut karna memiliki saingan kuat ketika kau masuk didalam salah satu dari mereka. bahagialah disana bidadariku, semoga kelak keluarga kita akan bersatu dalam JannahNya. Aminn..

Pangeran dan raja sangat merindukanmu, puteri ratu. Ah memang benar, bidadari itu kan tempatnya di Khayangan!
Kamu berhasil membuat bidadari syurga cemburu dan kamu juga berhasil membuat aku cemburu pada dibadadari syurga yang dapat didekatmu setiap hari.


note : Teruntuk seluruh wanita didunia, kalian kuat jauh lebih dari yang kalian tahu. Sungguh.
separador

10 komentar:

Anonim mengatakan...

Asli aku suka!

aku gg hobi nulis sii, tapii.. boleh liat blog aku yg udh tak terurus hehe

www.starblue-308.blogspot.com

Insany Camilia Kamil mengatakan...

@Starblue : hallo star! terimakasih sudah mau mampir membaca dan sudi meninggalkan jejak kamu di kotak komentar ini.. aku udah mampir ke blog kamu looh.. bagus juga kok! keep writing ya. Cheers up! <3

wandarini mengatakan...

Subhanallah... Tulisannya bagus, semoga makin semangat ya untuk terus menulis ukhti cantik :)

Putra Zaman mengatakan...

Satu kata: sebuah cerita yang luar biasa.
Eh itu 5 kata, ya, maaf gak suka matematika :|

Dan aku pun cemburu dengan laki-laki itu :)

Insany Camilia Kamil mengatakan...

@Wandarini : Alhmdulillah, insy Allah ukh... syukron sudah menyempatkan diri untuk mempir dan membaca postingan ku.. :)

Insany Camilia Kamil mengatakan...

@Puutra Zaman : aaaaa aku pun cemburu dengan perempuan itu >,<

Unknown mengatakan...

buuaagguussss banget,tetep ya karakter dari temanya tetap melekat.hohoho...

Insany Camilia Kamil mengatakan...

@Putra leonardy : hwaaa thengkyuuuh bbang! temanya mah teteep ayik. hehe, :D

Anonim mengatakan...

Ihre Präsenz in der Welt hat lange gewartet, und als du geboren wurdest, war ich sehr gespannt und aufgeregt, Vater

Bintang Biru mengatakan...

boleh donk miss sun yang baik hati.. jadi temennya di blog ku meski pun gmnaa gtu hehe

Posting Komentar