Senin, 22 Juli 2013

Buah Kebahagiaan

Bulan suci yang dinantikan umat Islam kini tepat ada di depan mata. Bau ketenangan dan sunggingan senyum alam telah terlihat merekah di setiap sudut peradaban. Setiap rumah telah bersiap menyambutnya dengan usapan halus sapu untuk membersihkan lantai dan letupan sayur kesayangan sempurna jadi menu pertama yang siap diuntai. Aku pun sangat bersemangat menyambut bulan yang katanya penuh dengan keberkahan dan ketenangan ini, sungguh. Entahlah, tapi jika sudah masuk ke bulan ini aku menjadi semangat tak terkira, melihat mata semua orang berbinar ketika melihatku dan mendengar semua orang berebut demi mendapatkanku. Hey, kau tahu? Bahkan aku masuk ke dalam salah satu list kesukaan mareka.

Di tanah yang sama-sama kita pijak ini aku tumbuh, bersamaan dengan pertumbuhan badan kalian yang semakin tinggi setiap harinya. Aku pun sama. Pernah aku mendengar bisikan tuanku berkata lirih pada istrinya yang mulai tak tegap lagi dalam melangkah.

“Bulan yang kita nanti-nanti kini datang lagi, Istriku, semoga alam dan cuaca senantiasa merestui semua benih yang kita tanam nanti. Agar kelak dapat kita petik manisnya hasil jerih payah kita bersamaan dengan manisnya kemenangan dalam menaklukkan bulan ini.” Bisik tuanku kepada istri cantiknya. Istri tuanku tidak menjawab sepatah kata pun. Yang dia berikan hanya untaian senyum beribu makna. Ah, bagaimana mungkin tuanku tidak geram? Kalau saja aku menjadi tuanku, pasti rasa kecewa sempurna menyelimuti hati. Bagaimana tidak? Untaian kata-kata indah itu hanya berbalaskan sebuah senyuman? Hissh.

Pagi ini aku dan tuanku berjalan santai ke ladang kepunyaan kita, melihat bagaimana kondisi cuaca dan kelembapan tanah. Hanya ada aku dan tuanku, banyak teman-temanku yang lebih memilih untuk berdiam diri di tempat yang lebih rindang di sebelah sana. Ah biar! Aku selalu suka jika dapat mencuri waktu berdua saja dengan tuanku, ha ha, biar aku bisa menjadi kesayangan.

“Suri… berjanjilah kepadaku, kelak jika kau sudah tumbuh besar nanti jadilah seseorang yang dapat berguna untuk banyak orang. Jadilah seseorang yang kehadirannya sangat ditunggu, yang keberadaannya sangat dinanti, yang murah membagikan senyuman manismu melebihi tebu, yang mudah sosoknya masuk ke dalam hati. Jangan menjadi pribadi yang keras, karna sungguh di zaman yang sangat maju ini sudah menjamur pribadi-pribadi yang keras. Mereka merindukan sesuatu yang lembut, yang manis, yang anggun. Sekarang kau masih berada dibawah tanggung jawabku, akan tiba waktu di mana kau akan diminta orang lain, suri. Tapi jika waktu itu tiba, janganlah berpikir bahwa aku tidak menyayangimu. Justru karna aku menyayangimu maka aku harus melakukan semua itu. Merelakan kau jatuh di tangan orang lain itu adalah bukti cinta terbesar yang dapat aku lakukan.”

Jujur aku sedikit bingung dengan perkataan tuanku itu. Pfft… dia bilang dia menyayangiku, tapi kenapa dia malah memberikanku pada orang lain yang belum pernah kukenal sebelumnya? Aku memang pernah membaca kata-kata bahwa “merelakan orang yang dikasihi itu pergi dengan orang lain adalah salah satu bentuk pengorbanan cinta” jadi yang dimaksud kata-kata itu adalah ini? Ini yang sedang kualami sekarang? Cihh, yang namanya cinta itu harus diperjuangkan bukan malah sukarela dilepaskan.
***

Malam berganti malam aku masih disibukkan dengan tanda tanya besar yang belum terpecahkan. Semakin ku berpikir, semakin liar arah terjangannya.

“Bibi, sudah berapa lama kau ada di sini? Aku tidak betah, Bi…” kutegur teman sebelahku. Hmm, aku tak tahu namanya tapi dia terlihat lebih besar dariku dan sedikit lebih dewasa. Bibi itu panggilan yang cocok menurutku.

“Aku sudah hampir 9 hari, Dik. Ah, ayolah kau baru 2 hari masa sudah bosan? Mau main bersamaku? Hmm, aku punya mainan namanya tebak siapa aku, atau kau mau bermain urut lagu? Ha ha ha, aku mahir bermain semua permainan itu, kau harus siap-siap kalah jika bermain itu denganku. Ha ha.”

Ngg… bibi itu terlihat sangat bahagia dan bersemangat. Guncangan tubuhnya saat tertawa serentak mebuat tubuhnya yang gempal menjadi bergetar. Ha ha, aku lebih tertawa geli melihat tumpukan lemak di perutnya dibanding leluconnya.

“Bibi, sebenarnya apa yang sedang kita lakukan sekarang? Aku bingung. Pernah tuanku berkata bahwa dia menyayangiku, tapi dia juga berkata kelak akan tiba waktunya dia akan merelakanku jatuh ditangan orang lain. Bibi, bantu aku memahami semua itu. Aku bisa mati penasaran karena memikirkan maksud perkataan tuanku itu.” Aku memberanikan diri untuk membuka percakapan serius dengan Bibi Gempal, berharap dia memiliki jawaban yang kuharapkan.

“Kemarilah, Suri, mendekatlah kepadaku. Kau pasti sangat mengingat perkataan tuanku tentang kelak jadilah seseorang yang dapat berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, bukan? Ya, apa yang sedang kita lakukan sekarang adalah cara terbaik untuk menyiapkan diri agar kelak kita dapat bermanfaat bagi banyak orang di luar sana.
Banyak orang mengatakan bahwa cinta adalah perasaan dasar yang pasti dimiliki semua makhluk hidup di dunia ini, Suri. Begitupun juga tuanku dan juga kita. Kalaulah tuanku memaksakan diri untuk mempertahankan kita di gubuk reot kepunyaannya, yang ada malah keberadaan kita akan menggangu ruang gerak tuanku dan istrinya. Dan jika memang kita dipertahankan oleh tuanku digubuk reot kepunyaannya, yang ada kita hanya akan menjadi sampah tidak berguna di pojokan sana. Diam mematung, semakin hari semakin berkurang berat tubuh kita dan… ah, lupakan saja pesan yang tuanku bisikkan pada kita tempo hari lalu. Karena nyatanya jika kita tetap dipertahankan oleh tuanku di gubuk reot kepunyaannya yang ada malah kita tidak bisa menebar banyak manfaat bagi orang banyak.

Suri, jika tuanku rela memberikan kita ke tangan orang lain maka dia membukakan jalan kita untuk jadi penebar manfaat bagi orang banyak. Dan benar Suri, jika tuanku merelakan kita jatuh di tangan orang lain, itu adalah bukti cinta terbesar yang dapat dia lakukan. Semoga kau dapat puas dengan jawaban yang kuberikan ini, Suri. Dan kalaulah kau belum puas maka kau akan sempurna mengerti perkataanku jika waktu yang telah tuanku janjikan itu tiba. Sekarang tidurlah, karena esok akan ada kejutan yang menantimu dan kebehagiaan akan menyambut hangat hari-harimu”
***

Malam itu adalah malam terakhir aku melihat Bibi, ternyata hari yang tuanku janjikan untuk bibi telah datang. Pagi ini aku terbagun oleh usapan lembut tuanku dan bisikan khas kepunyaannya.

“Suri, semakin hari kau semakin tumbuh membesar. Kelak kau akan menjadi sumber kebagaiaan bagi seseorang yang amat menyukaimu. Karna kebahagiaan yang dia punya, maka dia akan memperlakukan kau sangat baik. Menawarmu dengan harga yang pantas, memotongmu dengan potongan yang lembut, memprosesmu dengan manisan terbaik di kota, serta mengucapkan kalimat penuh kesyukuran setelah memakanmu. Sungguh Suri, limpahan berkah sempurna kau raih kala itu. Menjadi sumber bagi kebahagiaan orang lain? Ah itu salah satu cita-cita tertinggiku. Maka sebelum kau menjemput dan menciptakan kebahagiaan untuk orang lain, tumbuhlah semaksimak sebisamu.”

Setelah percakapan singkat dengan tuanku pagi itu, aku semakin bertekat untuk menjalankan semua pesan yang tuanku sematkan di atas pundak ku.

Hari berganti hari, tubuhku semakin berkembang sempurna. Semburat warna kuning sudah menyelimuti tubuhku, bahkan ada beberapa retakan kecil tanda kematanganku sudah mulai terlihat. “Ah mungkin ini sudah saatnya” gumamku dalam hati.

“Suri, ini adalah waktumu. Kau sudah tumbuh sempurna dengan retakan indah dan warna kuning merekah. Aku percaya bahwa kau dapat menjadi sumber kebahagiaan untuk orang lain dan aku yakin kau pasti dapat menjalankan semua pesanku.”

“Aku siap, tuanku. Sangat.”

picture


Posted for project writing #IWritetoInspire #14daysofnspiration #5thday:Happiness(Bahagia)
separador

0 komentar:

Posting Komentar